Share..!!

Photobucket

Google Flag Translator

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

10/02/11

Cerita Dibalik Orang Yang Pertama Mencapai Puncak Everest


MOUNT EVEREST adalah puncak dunia, 8.848 meter DPL. Tenzing Norgay adalah seorang Sherpa (pemandu) yang paling akrab dengan Himalaya. Semua pendaki besar dunia mengakui, bahwa orang yang paling layak menjadi orang pertama yang mencapai puncak dunia adalah Tenzing Norgay. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30 Sejarah mencatat Tenzing Norgay sebagai orang kedua yang menaklukan puncak dunia setelah Edmund Hillary.
Sebuah prestasi ini menghantarkan Edmun Hillary mendapatkan gelar Kebangsawanan dari Ratu Inggris. Sesaat setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya:

Reporter : Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?

Tenzing Norgay : Senang sekali

Reporter : Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest ?

Tenzing Norgay : Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia.
Reporter : Mengapa Anda lakukan itu?

Tenzing Norgay: "Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN nya".



Tenzing Norgay

Sir Edmund Hillary


***
Cerita ini mengingatkan saya pada istilah kepemimpinan sejati, dimana kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang melainkan suatu hasrat yang muncul dari dalam diri untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga, pekerjaannya, maupun lingkungan sosial bahkan mungkin memimpin Negara. Kepemimpinan lahir dari suatu proses yang panjang ketika seseorang menemukan misi dan visi hidupnya, keberadaannya memberikan pengaruh positif kepada orang lain, mampu mendorong sebuah perubahan dalam organisasi, dan mempunyai rasa bertanggungjawab atas apa saja yang sedang dipimpinnya, maka pada saat itulah lahirlah seorang pemimpin sejati.
Ada cerita dari filsuf besar Cina, bernama Lao Tsu ketika ia ditanya oleh muridnya tentang siapakah pemimpin yang sejati, maka dia menjawab: "Sebagai seorang pemimpin yang baik, orang tidak memperhatikan eksistensi mereka. Selanjutnya pemimpin yang baik adalah orang terhormat dan terpuji. Selanjutnya pemimpin yang baik adalah orang yang adil. Selanjutnya ketika orang membencinya saat pemimpin menyelesaikan suatu pekerjaan maka mereka pun berkata bahwa merekalah yang telah menyelesaikan tugas itu."
Seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya dimana seorang pemimpin telah menyelesaikan tugasnya, maka seluruh anggota pun akan mengatakan bahwa mereka sendirilah yang telah menyelesaikan tanggungjawab itu. Mereka adalah orang-orang yang telah memberikan motivasi sehingga kita semua tergerak dengan suka rela mencapai tujuan bersama. Mereka adalah inspirator yang telah memberikan inspirasi, menciptakan ide atau gagasan sehingga orang lain mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Mereka adalah maximizer dimana perannya akan sangat membantu organisasi mencapai usaha dan hasil yang maksimal.
Semakin banyak sumbangsih seorang pemimpin sejati, maka ia semakin bisa bersikap rendah hati. Lihatlah, cerita di atas seorang bernama Tenzing Norgay yang rela untuk menjadi orang nomer dua yang telah menginjakkan kaki di puncak Mount Everest, karena ia tahu impian besar Edmund Hillary adalah menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di di puncak Mount Everest. Orang seperti Tenzing Norgay inilah seorang yang mempunyai jiwa kepemimpinan sejati, ia telah membantu Edmund Hillary dalam mencapai impiannya.
Ketika orang-orang bertanya, kenapa dia memberi kesempatan Edmund Hillary untuk menjadi orang pertama? Dengan rendah hati dia menjawab: "Jika saya malu menjadi orang kedua di puncak gunung Everest, maka saya akan hidup dengan rasa malu itu."
Salah satu pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati lainnya dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Dalam sebuah acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.
Hal ini membuktikan bahwa tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Maka seorang pemimpin sejati harus mempunyai karakter yang kuat dalam mendukung perubahan baik dari dalam dirinya maupun bagi yang dipimpinnya.
Lalu bagaimana karakter seorang pemimpin sejati? Ada sebuah tulisan yang mengatakan bahwa kepemimpinan sejati terletak pada huruf Q yaitu Q Leader.

Pertama : Q disebut juga kecerdasan seperti dalam IQ, EQ, dan SQ.

Kedua : Q yang berarti Quality yaitu kepemimpinan yang memiliki kualitas dalam manajerial maupun mampu membangun aspek-aspek visioner.

Ketiga : Q yang dibaca "chi" dalam bahasa Mandarin berarti energi kehidupan dimana seorang pemimpin mampu melakukan self management.
Artinya seorang pemimpin sejati selalu berorientasi pada belajar dan tumbuh menjadi seseorang yang mempunyai tingkatan intelektual yang lebih baik, mengelola emosi dengan lebih baik, dan berusaha mewujudkan nilai-nilai spiritual yang lebih baik pula, dimana upaya itu ditujukan untuk mencapai misi dan visi organisasi maupun kehidupan pribadinya


Hillary & Norgay Baca Selengkapnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar